Loading...
Senin, 10 Maret 2014

Pertemuan I: Mengenal Kelompok Kecil Umat (APP 2014)

Pertemuan I: Mengenal Kelompok Kecil Umat

Latar belakang dan Pengertian KKU

Kelompok kecil umat (KKU) adalah suatu istilah yang merujuk pada kebersamaan iman sekelompok kecil umat, yang hidup dan geraknya diwarnai oleh perjumpaan dan berbagai bentuk komunikasi langsung maupun tidak langsung diantara anggota-anggotanya. KKU merupakan nama lain dari Komunitas Basis Gerejani (KBG) yang populer pada tahun 2000. Ketika itu Sidang Agung Gereja Indonesia mencanangkan tema “Memberdayakan Komunitas Basis Menuju Indonesia Baru”. Maka sejak saat itu di setiap keuskupan menyerukan  gerakan KBG tersebut. Namun dalam Arah Dasar Keuskupan Surabaya 2010-2019 tidak memakai nama KBG karena istilah KBG sering menimbulkan perdebatan terkait istilah ‘komunitas’ dan ‘basis’, maka istilahnya disederhanakan menjadi KKU tanpa mengubah substansi pengertian KBG itu sendiri.

KKU adalah "model lain" kebersamaan hidup umat atau persekutuan yang dihayati di tingkat yang paling dasar setelah keluarga. Keluarga adalah Gereja Kecil dan "keluarga Allah" yang bersatu dan terhubung atas dasar iman akan Kristus  yang diterima dalam Sakramen Baptis dan tidak hanya semata-mata karena ikatan darah. Kebersamaan iman (doa, baca kitab suci, Ekaristi) sudah harus mulai dihidupkan sejak dari dalam keluarga dan diharapkan terus berkembang kepada keluarga-keluarga Kristiani disekitarnya. Kebersamaan iman keluarga dan kebersamaan iman Kelompok Kecil Umat bukanlah 2 model atau bentuk kebersamaan yang terpisah. Bahkan sewajarnya pengalaman dalam kedua model atau bentuk kebersamaan ini harus menyatu dan selalu bertemu, karena semua menjadi satu warga komunitas Gereja yang sama-sama harus ambil bagian dalam kehidupan Allah di mana Kristus telah mempersatukan dan mempertemukan kita.

Kelompok kecil umat menggarisbawahi bahwa iman merupakan tanggapan pribadi atas panggilan Yesus yang harus dibina dan ditumbuhkan, tidak hanya dalam kesendirian maupun dalam lingkup luas dan umum belaka, tetapi juga dalam relasi dan keterbukaan nyata antar pribadi. Pribadi - pribadi dalam kelompok kecil umat (KKU) seperti halnya dalam suatu keluarga, secara bersama-sama tumbuh sebagai subyek iman personal, sekaligus sebagai subyek iman komunial. Hal ini terjadi karena iman yang satu dan sama diakui, dimaklumkan dan diwujudkan secara bersama-sama, seolah-olah sebagai satu tindakan dari pribadi yang satu dan sama , atau dari satu tubuh yang sama (bdk. I Kor 12:12-27).


Fungsi KKU

           Dalam paham Gereja sebagai Persekutuan (Communio), KKU merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebersamaan yang lebih luas di tingkat Paroki dan Keuskupan. Fungsi KKU  adalah menjadi wadah pengalaman iman yang paling langsung dan nyata bagi para anggotanya. Di dalam dan melalui KKU (selain di dalam keluarga) inilah iman seseorang di bina, bertumbuh menjadi semakin dewasa, tidak layu atau mengering melainkan selalu segar  dan menghasilkan buah karena tumbuh di tanah yang subur (bdk. Mat 13:1-9). selain itu didalam KKU citra rasa liturgi, semangat persaudaraan, kesadaran moral, pertumbuhan panggilan, pemahaman iman semangat misioner, hidup doa, kepekaan kepada saudara-saudari yang lebih membutuhkan, keberanian memberikan kesaksian iman kepada sesama dibina dan ditumbuhkan. Sebaliknya
 jika terlepas dari kelompok atau keberamaan kecil umat seperti halnya jika terlepas dari keluarga, iman dalam berbagai wujudnya akan mudah mengering , layu dan hilang.
          Persekutuan (communio) adalah ciri khas Gereja Umat Allah yang didalamnya umat beriman di pertemukan dalam suasana kekeluargaan dan menemukan cara hidup sebagaimana diwartakan oleh Kitab suci dalam kehidupan nyata setiap hari di tengah masyarakat. Cara hidup Jemaat Perdana (Kis 2:42-47) kiranya dapat menjadi inspirasi dan dorongan bagi umat kristiani. Mereka betul-betul menerapkan dan mnyeimbangkan  wujud konkrit cinta kepada Allah dan cinta kepada sesama. Dalam semangat tekun berdoa , membaca Kitab Suci  (mendengarkan pengajaran Para Rasul), memecahkan roti (merayakan Ekaristi), Jemaat Perdana menunjukan cinta mereka kepada Allah. Dalam kebersamaan iman dalam Allah mereka juga terpanggil untuk mewujudkan cinta kepada sesama yang berkekurangan dengan menjual harta miliknya dan membsntu sesamanya secara ikhlas. Semangat cinta kepada Allah dan cinta kepada sesama yang di bangu secara seimbang inilah yang harus selalu dibangun dalam kebersamaan KKU.




 KATEKESE TENTANG KKU DALAM TERANG KITAB SUCI DAN AJARAN SOSIAL GEREJA
a.  Latar Belakang perlunya KKU : Pertama; kesadaran akan persekutuan dalam Gereja semakin menurun. Orang semakin tidak menyadari bahwa sejak di baptis setian orang masuk dalam persekutuan Umat beriman. Dampaknya, semakin merosot kesadaran untuk bertemu dalam perjumpaan antar pribadi. Padahal Persekutuan Umat Beriman itu memiliki identitas kedekatan relasi dengan Tuhan dan sesama. Relasi dengan Tuhan dan sesama ini  sifatnya saling melengkapi. Semakin seseorang dekat dengan Tuhan maka relasinya dengan sesame juga semakin dekat. Kedua; merosotnya kesadaran sebagai persekutuan yang di tandai dengan lemahnya komunikasi,yang ditandai dengan ketidakhadiran dalam  kegiatan-kesiatan doa bersama atau pendalaman iman bersama.karena tidak ada komunikasi yang baik maka banyak yang tidak mau datang dalam pertemuan-pertemuan umat dan malah dapat menimbulkan konflik. Padahal persekutuan umat beriman perlu membangun komunikasi iman yang penuh kasih, sehingga kebersamaan dalam persekutuan semakin akrab dan guyup. Ketiga; orang semakin mementingkan diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesibukan membuat orang semakinegois dan individualis,hanya mementing kan diri sendiri saja.
b.    KKU adalah suatu istilah yang merujuk pada kebersaman iman sekelompok kecil umat yang hidup dan geraknya diwarnai oleh perjumpaan dan berbagai bentuk komunikasi langsung maupun tak langsung diantara anggota-anggotanya.
c.  Jati diri gereja adalah persekutuan (komunio), yang di dalamnya umat beriman dipertemukan dalam suasana kekeluargaan dan menemukan cara hidup sebagai mana di tawarkan kitab suci. Paham persekutuan mendasari cara berpastoral gereja keuskupan Surabaya (ardas “ gereja keuskupan Surabaya adalah persekutuan umat beriman yang dewasa Dalam iman, guyup, penuh pelayanan dan missioner  “).persekutuan ini perlu di hayati ,dihidupi sampai di tingkat paling dasar yaitu keluarga-keluarga yang ada di lingkungan. Persekutuan perlu ditumbuh kembangkan dengan membangun persekutuan dalam kelompok kecil umat  (KKU). Sebab KKU(sebelum KBG) dipandang sebagai salah satu cara hidup baru menggereja. Kelompok kecil umat adalah satuan umat yang relatif kecil dan mudah berkumpul secara berkala untuk mendengar firman allah, berbagai masalah sehari-hari ,baik masalah pribadi,kelompok maupn masalah social yang mencari pemecahannya dalam terang  kitab suci seperti yang pernah diprakteka oleh jemaat perdana (kis 2:1-47).deenga demikian kelompok kecil umat (KKU) tidak hanya sekedar istilah atau nama, melainkan gereja yang hidup bergerak dinamis dalam pergumulan iman. Kelompok kecil umat akan memberikan wajah baru hidup menggereja dimana umat mampu beralasa dengan saudara yang miskin dan tertidas.
d. Makana Penting KKU : menjadi tempat penghayatan iman yang konkret, membuatbpenglaman iman seseorang dibina, bertumbuh menjadi semakin dewasa tidak layu dan mengering , melainkan selalu segar dan menghasilkan buah karena tumbuh diatas tanah yang subur (bdk. Mat 13:1-9), menjadi media untuk membagikan kekayaan iman melalui relasi antar pribadi, sebagai perwujudan iman kepada Tuhan. selain itu ditinjau dari Ajaran Sosial Gereja, pribadi manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial karena Allah yang menciptakan manusia mengkhendakinya. Oleh karena itu mutlak, diperlukan aktivitas sosial yang membawa dalam dirinya  sebuah tanda khas tentang manusia dan kemanusiaan dari seorang pribadi yang bergiat di dalam persatuan pribadi-pribadi sehingga makin menunjukan bahwa dirinya adalah citra Allah.
e.   Tantangan Kehidupan Menggereja :
      Tantangan yang dialami gereja dapat di golongkan menjadi tiga ;
      Pertama, lemahnya kesadaran perswkutuan yang di tandai dengan sikap tidak menganggap penting persekutuan, merosotnya perjumpaan antar pribadi dan menjadi pribadi yang eksklusif.
      Kedua, lemahnya komunikasi yang ditandai dengan sikap; Tidak hadir dalam kebersamaan, Tidak merasa bagian dalam persekutuan dan rawan terjadi konflik.
         Ketiga, munculnya sikap individualitas, mementingkan diri sendiri yang di tandai dengan sikap menomerduakan  persekutuan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP